Ini akan menjadi bagian terakhir dari rangkaian artikel mengenai perjalanan saya dan keluarga ke Bali, akhir Februari/awal Maret lalu. Sekedar referensi, berikut adalah artikel-artikel sebelumnya:
- Bagian 1: Perjalanan ke Bali
- Bagian 2: Jalan-jalan ke Bedugul
- Bagian 3: Jalan-jalan ke Ubud dan Kuta
Seafood Dinner di Jimbaran
Hari Jum'at malam, 2 Maret 2007, setelah hari terakhir konferensi APRICOT 2007, saya mengajak keluarga dan orang tua saya ke Jimbaran, untuk menikmati seafood sebagai makan malam disana. Dari hotel di Nusa Dua, kita naik taksi ke Jimbaran, tepatnya di ujung Jalan Pemelisan Agung. Saya memilih lokasi ini setelah membaca buku Lonely Planet mengenai Bali dan Lombok, yang saya pinjam dari perpustakaan di Singapura dan selalu saya bawa selama perjalanan kita ke Bali. Di pinggir pantai di ujung jalan ini, terdapat deretan beberapa restoran seafood, dan kita memilih restoran seafood Ramayana yang berlokasi di tengah-tengah deretan restoran tersebut.
Sebenarnya, kita bisa memilih duduk di dalam restoran, atau di luar restoran tersebut, diatas pasir di pinggir pantai. Sayangnya, pada saat itu, cuaca tidak terlalu bagus, angin kencang sekali sehingga kalau kita makan di luar (di pinggir pantai), dijamin semuanya akan masuk angin. :) Sehingga akhirnya kita memilih duduk di dalam restoran, walaupun saya, Irza dan Aki sempet juga foto-foto di luar di tepi pantai, walaupun gelap-nya minta ampun. Seafood-nya kita pilih sendiri pada waktu masih dalam keadaan hidup, jadi setelah kita pilih, baru nanti dimasak dan dihidangkan. Kita memilih ikan untuk dibakar dan digoreng (duh saya lupa jenis ikannya apa), chilli crab dan udang goreng mentega. Makanannya ternyata enak-enak, dan ternyata biaya yang harus kita keluarkan tidak mahal. Dengan pesanan yang cukup banyak untuk kita berenam (empat dewasa dan dua anak), berikut minuman dan dessert seperti es kelapa muda, total jendral cuma sekitar tiga ratus ribu rupiah.
Foto-foto selama di Jimbaran bisa dilihat disini.
Jalan-jalan ke Pulau Nusa Dua
Keesokan hari-nya, Sabtu 3 Maret 2007, adalah hari terakhir kita di Bali. Pagi-pagi setelah sarapan, kita menyempatkan diri untuk jalan-jalan ke Pulau Nusa Dua, sebuah pulau (tepatnya peninsula) yang terletak di tengah-tengah kawasan Nusa Dua. Ada dua peninsula yang saling berdampingan (makanya nama daerahnya disebut Nusa Dua), terletak di antara Melia Bali Hotel (tempat kita menginap) dan Grand Hyatt Hotel, sejajar dengan pusat perbelanjaan Bali Collection. Kita memutuskan untuk pergi ke peninsula yang di sebelah selatan (yang lebih dekat ke arah Grand Hyatt).
Memasuki pulau tersebut, kita akan melewati sebuah gerbang berupa candi kecil yang dinamakan Candi Bentar. Menyusuri jalan setapak melewati padang rumput yang cukup luas, di bagian tengah pulau tersebut ada sebuah monumen bertuliskan nama-nama negara yang ikut berpartisipasi dalam proses penanaman pohon-pohon di pulau itu. Kita meneruskan perjalanan ke arah ujung timur pulau itu, untuk melihat waterblow.
Waterblow ini adalah semburan air keatas yang diakibatkan oleh ombak yang datang menerjang kumpulan batu-batu karang yang berlubang, dan tekanan ombak tersebut mengakibatkan air laut disemburkan keatas. Waterblow tersebut terjadi setiap sekitar 30-40 detik sekali, tergantung kekuatan ombak yang datang. Makin kuat ombaknya, makin tinggi semburannya. Inka dan Irza suka sekali melihat fenomena alam ini.
Foto-foto selama di Pulau Nusa Dua bisa dilihat disini.
Pulang ke Singapura
Siangnya, kita bersiap-siap untuk pulang ke Singapura, sementara Aki dan Ene juga pulang ke Jakarta. Untungnya, jam keberangkatan pesawat kita hampir bersamaan sehingga kita bisa berangkat ke bandara Ngurah Rai barengan, walaupun di bandara-nya tetep harus pisah karena berbeda terminal. Kita menyewa taksi van seharga Rp 120.000, cukup untuk mengangkut semua orang termasuk barang, lumayan dibandingkan nyewa dua taksi sedan. Sambil menunggu taksi-nya datang, kita beristirahat di lobby hotel sambil menikmati orange juice dan fruit punch gratis yang disediakan oleh hotel.
Perjalanan ke bandara hanya membutuhkan waktu kurang dari setengah jam. Aki dan Ene turun duluan di terminal keberangkatan domestik, sedangkan kita semua turun di terminal keberangkatan internasional. Setelah check-in dan ngurus bebas fiskal yang ternyata berjalan lancar, kita pun melewati imigrasi dan masuk ke ruangan transit bandara Ngurah Rai yang cukup megah dan lengkap. Ada banyak toko duty free termasuk toko Prada dan toko buku Periplus, serta banyak tempat penjualan makanan dan minuman seperti McDonalds dan Baskin Robbins.
Sayangnya, pesawat Garuda yang akan membawa kita ke Singapura mengalami "masalah teknis", dan mengakibatkan delay hampir dua jam. Terpaksa lah saya berusaha untuk keep the children occupied, diantaranya dengan bermain kartu, biar ngga bete di gate nungguin pesawat berangkat. Kelihatannya "masalah teknis" tersebut cukup serius, mengingat Garuda terpaksa harus menyiapkan pesawat baru yang berangkat dari gate yang berbeda. Yah, ngga apa-apalah kena delay daripada terbang ama pesawat yang mengalami "masalah teknis", kan ngeri juga.
Foto-foto selama di bandara Ngurah Rai, Bali, bisa dilihat disini.
(Tamat)